Saya jadi terbayang kembali momen di foto tahun 2012 ini saat dua pekan lalu saya menghadiri Nexticorn, sebuah acara inisiasi Kominfo yang mengundang startup yang sudah melalui seed stage untuk diakselerasi menjadi unicorn baru.
.
Di acara itu ada satu forum yang menghadirkan para venture capitalist, lalu ada satu pertanyaan yang jawaban semua VC tersebut sepakat, pertanyaan tentang apa hal terpenting bagi mereka dalam memilih startup untuk diinvest. Hampir semua senada menjawab hal itu adalah founder dan tim nya, khususnya persistensi dan konsistensi founder dan timnya.
.
Dan saya langsung sepakat sekali, bahwa memang salah satu kunci terpenting dalam menggeluti dunia startup adalah persistensi dan konsistensi sang founder. Bagaimana ia tetap terus maju biarpun sulit, bagaimana ia memegang teguh mimpi biarpun harus berganti cara, bagaimana ia harus percaya apa yang ia lakukan saat tak seorangpun percaya.
.
Kenapa segmen singkat tersebut mengingatkan saya pada foto ini? karena di momen-momen foto ini saya belajar sangat tentang konsistensi dan persistensi. Tentang seorang ayah, yang tiap subuh ke mesjid, berdiam hingga lepas fajar sambil menyimak dan membibing putranya menuturkan hapalan Qur’an-nya satu persatu.
.
Momen ini yang sedikit banyak juga melatih saya setahun penuh persisten, biarpun masih muda ingusan, sok2an banyak amanah, tapi saya diajari seberapa sibuknya kita mulailah mengais pahala setara haji dan umrah ini dari hari ke hari.
.
Malu sekali kalo saya tumbang dan pulang lebih dulu sementara sang ayah yang berumur lebih dari setengah abad ini tetap kuat dan ringan bertahan. .
Mengingat kembali momen ini jadi teguran buat saya tuk bisa mengembalikan kembali rutinitas yang kini sudah sangaatt jarang sekali bisa saya lakukan.
.
Semoga juga sang ayah dan keluarganya senantiasa diberi rahmat dan keberkahan oleh Allah. Semoga konsistensi dan persistensinya adalah salah satu sebab Allah ridha akan surga-Nya tuk sang ayah dan putranya.