Belajar Membangun Organisasi dari Kisah Nabi Sulaiman

Pekan lalu saya dan temen-temen cofounder Badr mengadakan rapat brainstorming untuk perencanaan Badr Group ke depannya. Salah satu topik bahasan hangat kami adalah tentang bagaimana agar organisasi ini bisa terus membesar dan makin baik.

Ternyata sebagian besar yang kami bahas sebenarnya telah ada insight nya di dalam Quran. Spesifiknya ketika Allah ceritakan kisah Nabi Sulaiman di Quran Surat An Naml. Lengkap banget penjelasan di sana tentang bagaimana cara agar kita dapat membangun organisasi hingga peradaban unggul.

Kita semua punya keinginan agar peradaban Islam mampu menjadi peradaban unggul. Bukan untuk mengalahkan merendahkan atau menguasai peradaban lain, tapi justru untuk memberikan kebaikan yang lebih luas untuk seluruh manusia. Mengejawantahkan rahmatan lil ‘alamin Islam.

Namun untuk mencapai harapan tersebut tidak akan bisa dicapai sebelum kita memiliki peradaban yang istimewa dan menguasai ilmu di masa kini.

Dalam bukunya Khowatir Quraniyah, Syeikh Amru Khalid menjelaskan dengan sangat lengkap dan jelas apa saja komponen untuk membangun organisasi yang akhirnya bisa jadi pondasi peradaban yang unggul.

Membangun Lembaga yang Sukses

Beberapa hal yang diperlukan untuk membangun lembaga yang sukses antara lain:

1. Menyadari Ketinggian Nilai Ilmu

Tiada keunggulan tanpa ilmu. Ilmu adalah salah satu bagian paling utama dalam ajaran Islam. Penghargaan tinggi terhadap ilmu akan membuat kita selalu haus dan mencai ilmu dengan kegigihan. Semangat para pendahulu kita dalam mencari ilmu perlu untuk kita tiru.

Nabi Sulaiman adalah salah satu hamba Allah yang dikaruniai ketinggian ilmu oleh Allah.

Dan sungguh, Kami telah memberikan ilmu kepada Dawud dan Sulaiman, dan keduanya berkata, “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari banyak hamba-hamba-Nya yang beriman.”

(QS An Naml: 15)

Hal ini yang membuat beliau mampu meraih posisi tinggi pada masanya. Jika mau menjadi generasi unggul dan membangun organisasi yang unggul, maka kita perlu menjadi orang berilmu.

Tahun 2024 ini juga adalah tahun di mana tim Badr dan Founderplus akan banyak menitikberatkan pada belajar dan berilmu. Kita insyaAllah ingin menggiatkan training dan sertifikasi kepada anggota tim untuk bisa meningkatkan wawasan dan pengetahuan anggota tim.

2. Estafet Generasi

Mas Yuwono, salah satu cofounder Badr, di awal diskusi pertemuan lalu menitikberatkan tentang regenerasi. Kita perlu untuk memikirkan generasi setelah kami yang akan mewarisi Badr. Bukan hanya tanggung jawab, tapi juga visi dan value nya. memastikan generasi selanjutnya lebih kuat dan mampu untuk meneruskan estafet perjuangan.

Sebagaimana Allah sampaikan dalam Quran:

“Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud…”

(QS An Naml: 16)

Dulu mimpi Badr bermula dari sebuah kelompok pengajian di kampus, lalu dibangun oleh orang-orang yang bersama saling mengenal di organisasi mahasiswa kampus. Maka perlu ada mekanisme dimana sistem dibangun, nilai perlu diwarisi, dan kaderisasi perlu dijalankan.

3. Penguasaan Bahasa

Dalam QS An Naml Allah juga memberitahukan salah satu keunggulan Nabi Sulaiman adalah bisa beragam bahasa termasuk bahasa hewan dan jin. Hal ini membuat beliau memiliki kemampuan berinteraksi dan bersinergi dengan banyak sekali orang maupun makhluk Allah lainnya.

…Dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata.”

( QS An Naml 16)

Kita perlu menguasai bahasa agar bisa meraih hikmah dari manapun. Lalu dengannya kita bisa berkolaborasi dan bersinergi dengan siapapun selama itu mendukung tujuan. Di dunia modern ini bahasa Inggris jadi hal mutlak. Selain itu bahasa Arab agar kita bisa mengambil hikmah dari sumber primer Islam. Bahasa Mandarin untuk bersinergi dengan salah satu negara adidaya dunia saat ini. Namun bahasa adalah alat, yang paling penting adalah mindset untuk terbuka kolaborasi dan bersinergi dengan berbagai kaum dan kalangan.

4. Manajemen yang Baik

Nabi Sulaiman memiliki kemampuan manajemen organisasi yang baik. Ia mampu membangun bala tentara yang terdiri dari beragam mahkluk Allah. Mereka tertata dalam sistem dan patuh pada arahan pemimpinnya.

Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka berbaris dengan tertib

(QS An Naml : 17)

Ini adalah pelajaran bagi kita bahwa membangun lembaga perlu kemampuan manajemen yang baik. Bisa jadi sebuah lembaga sukses dan jadi besar karena kemampuannya mendapatkan resource, pendapatan, atau akses. Namun jika kemampuan manajerial di dalamnya tidak baik, maka mereka tidak akan lekang. Atau akan banyak konflik terjadi dibalik tumbuhnya organisasi tersebut.

Birokrasi yang panjang, office politics, dan missalignment antar bidang akan mudah terjadi tanpa pola manajerial yang baik.

Hal ini juga perlu disandingkan dengan kedisplinan dan ketegasan lembaga yang baik. Kedislipinan yang berlaku dari atas hingga ke level anggota tim terkecil. Jika ketidakdislipinan dibiarkan maka akan jadi pembenaran bahwa value dan sistem hanya dibuat sekedar slogan. Bukan hal yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan.

Kedislipinan dan ketegasan ini jika dapat kita temui dalam kisah Nabi Sulaiman

Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, “Mengapa aku tidak melihat Hud-hud,1 apakah ia termasuk yang absen (tidak hadir)?

Pasti akan ku hukum ia dengan hukuman yang berat atau ku sembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas.”

(QS An Naml : 20-21)

Kita belajar perlunya membiasakan budaya terbuka memberikan feedback dan pengigatan untuk hal-hal yang dirasa mengabaikan penghargaan pada sistem, aturan, dan value lembaga. Pembiaran akan melunturkan nilai. Ketidakenakan jangan jadi penghalang. Asalkan disampaikan dengan santun dan diterima dengan open mind maka kekhawatiran konflik muncul tidak akan terjadi.

5. Afiliasi Anggota Tim pada Misi

Sebuah sinergi organisasi yang baik akan tercipta saat ada alignment. Bukan hanya soal strategi dan rutinitas, tapi juga pada purpose, goals, dan value nya. Ownership yang tinggi pada tujuan dan nilai organisasi akan membuat semua anggota tim dapat bertindak proaktif, merasa memiliki organisasi, hingga memunculkan kreativitas dan loyalitas.

Afiliasi tinggi anggota tim pada organisasi ini dicontohkan juga oleh Nabi Sulaiman. Burung Hud yang adalah prajurit kecil dalam pasukan Nabi Sulaiman. Namun ia dapat bertindak proaktif mengarungi jauhnya perjalanan untuk mencari informasi kerajaan yang belum menyembah Allah. Jika tidak ada afiliasi tinggi pada visi dan nilai organisasi buat apa ia capek-capek berinisiatif. Lebih enak ikut dan tunggu saja arahan dari atasan.

Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata, “Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba`1 membawa suatu berita yang meyakinkan.

(QS An Naml : 22)

Betapa kokohnya organisasi jika transfer visi dan nilai dapat terdistribusi merata dan kuat hingga ke level terkecil. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan tanpa bosan dan lelah mengingatkan, mengulang, dan menguatkan visi dan nilai organisasi di setiap kesempatan. Lalu diperkuat dengan keteladanan yang konsisten dari sosok pemimpinnya.

Momen seperti meetup atau pojokan rutin sudah seharusnya jadi ajang penguatan. Kehadiran pemimpin di keseharian, prinsip yang dipakai dalam pengambilan keputusan, cara bertindak, cara menilai sesuatu, dan respon terhadap berbagai situasi dari para pemimpin lembaga yang align dengan visi dan nilai organisasi adalah penguatan langsung untuk para anggota tim.

6. Syuro untuk Memutuskan

Organisasi memang punya pimpinan, tapi ia bukan superman yang selalu hebat, paling benar, dan paling tahu semua hal. Semakin kompleks organisasi maka akan semakin banyak konteks yang ia tidak tahu. Maka menjalankan mekanisme syuro (rapat) terutama pada pengambilan keputusan strategis adalah habit yang harus dipelihara.

Dalam kisah Nabi Sulaiman, Allah ajarkan pentingnya syuro melalui penggalan percakapan Ratu Balqis dengan para penasehatnya

Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar! Berilah aku pertimbangan dalam perkaraku (ini). Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelis(ku).”

(QS An Naml : 32)

Syuro dapat menciptakan transparansi dan akuntabilitas. Semua peserta syuro mengetahui konteks dan reason di balik sebuah keputusan. Memang pengambil keputusan tertinggi tetap sang pemimpin, tapi mekanisme mendengarkan pendapat dan pandangan dari peserta syuro adalah pembelajaran, transfer nilai, dan juga penguatan tim.

Syuro jangan dipandang hanya mekanisme minim substansi yang menghabiskan waktu. Itu hanya soal mekanisme. Kita bisa membuat mekanisme syuro yang efektif dan efisien.

7. Mengemban Misi Rabbani

Setiap orang punya kecenderungan naluriah ingin melibatkan diri pada sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Tujuan luhur dan tinggi misalnya. Ia akan mulai mempertanyakan eksistensinya jika lembaga tempatnya berada hanya menjadi kendaraan untuk menumpuk kekayaan shareholder dan bukan untuk mencapai sebuah tujuan yang jauh lebih besar.

Lembaga dan peradaban yang kuat dan lekang adalah ia yang mengemban misi besar. Dan sebaik-baik misi adalah misi Rabbani. Misi menyebarkan dan menciptakan kebaikan untuk orang lain serta dunia seisinya. Misi yang diwariskan dari misi risalah para Nabi terdahulu.

Keberadaan misi rabbani ini akan tercermin dalam bagaimana kita memperlakukan mana yang memang tujuan dan mana yang hanya alat. Kekayaan dan kekuatan hanyalah alat, bukan tujuan. Maka jika kekayaan dan kekuatan itu dicapai dengan mengabaikan nilai kebaikan yang diajarkan Allah dan Rasul adalah bentuk pengabaian tujuan.

Maka ketika para (utusan itu) sampai kepada Sulaiman, dia (Sulaiman) berkata, “Apakah kamu akan memberi harta kepadaku? Apa yang Allah berikan kepadaku lebih baik daripada apa yang Allah berikan kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.

(QS An Naml 36)

Nabi Sulaiman tidak mengharapkan kumpulan kekayaan karena tujuannya adalah menyampaikan risalah Allah.

Keberadaan misi rabbani ini yang akan menguatkan anggota tim kita. Mereka merasa berada dalam bagian mimpi besar. Tentunya misi Rabbani juga perlu didukung oleh hal-hal yang telah kita bahas di atas tadi.

Badr dibangung dengan misi Rabbani yang kuat. Kami dari awal menisbatkan organisasi ini untuk membumikan nilai luhur Islam melalui teknologi. Ejawantahnya adalah menciptakan banyak kebaikan melalui beragam jalan dengan memanfaatkan teknologi. Tujuan ini terus kami pegang sampai sekarang. Kami terus dengungkan, dan kami terus jadikan pedoman dalam setiap penentuan arah perusahaan ke depan.

8. Keunggulan Teknologi

Misi mulia, ilmu yang luas, manajerial yang baik, alignment anggota tim perlu didukung oleh sarana yang paling efektif. Kita perlu memiliki keunggulan teknologi. Sebuah sarana yang akan membuat kerja dan perjalanan mencapai tujuan lebih efektif terjadi. Ia juga akan menunjukkan seberapa kuat kita dan menggentarkan mereka yang meremehkan kita.

Dia (Sulaiman) berkata, “Wahai para pembesar! Siapakah di antara kamu yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku menyerahkan diri?”

(QS An Naml 38)

Dikatakan kepadanya (Balqis), “Masuklah ke dalam istana.” Maka ketika dia (Balqis) melihat (lantai istana) itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya (penutup) kedua betisnya, Dia (Sulaiman) berkata, “Sesungguhnya ini hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca.”

(QS An Naml 44)

Nabi Sulaiman pada jamannya memiliki keunggulan teknologi tertinggi. Ia mampu memindahkan materi pada sekejap mata dan membuat kerajaan dengan teknologi tercanggih. Maka kita perlu mengusahakan diri menguasai teknologi terkini. Hal itu akan mendukung perjuangan dengan lebih baik dan membawa kita selangkah lebih maju dibandingkan yang lainnya.

Sebuah pelajaran buat Badr. Dulu kami lahir karena pengusaan paling awal teknologi mobile. Saat ini teknologi mobile bukan lagi hal spesial. Maka Badr mulai mengubah expertise nya menjadi machine learning, big data, dan virtual reality. Ini adalah tuntutan adaptasi dari perkembangan jaman yang tak pernah berhenti. Dan kebutuhan penyesuaian ini ke depan akan terus terjadi.


MasyaAllah, banyak sekali pelajaran yang kita bisa petik dari kisah Nabi Sulaiman dalam Quran. Allah telah memberi petunjuk, maka bagian kita untuk mempergunakan petunjuk tersebut atau mengabaikannya. Tentu akan sulit, banyak ujian, dan jalannya panjang untuk menerapkan itu semua. Tapi kita perlu ingat bahwa proses membaik itu sendiri adalah sebuah ibadah yang dinilai kebaikannya oleh Allah. Bisa jadi Allah takdirkan kita belum sampai tujuan, tapi selama kita berproses maka Allah akan nilai semua perjalanan itu sebagai kebaikan.

Leave a Reply