Mencicipi Kebutuhan

Ada cerita menarik dari salah satu produk kami, Yawme. Beberapa pekan lalu Yawme melakukan gerakan pengumpulan donasi sekaligus untuk menguji seberapa mampu komunitas pengguna Yawme bisa digerakkan tuk menyambut inisiatif kebaikan.

Nah hampir sebagian besar aktivitas pengumpulan donasi dilakukan secara manual, bahkan CEO Yawme, Wahyu Rismawan langsung yang menjadi penanggungjawabnya. Dari mulai pengumuman, konfirmasi donasi, penyaluran donasi, hingga pengepakan plus pengiriman marchendise, semua dilakukan manual.

Tak ayal hal ini memberikan tambahan beban yang lumayan, tapi ternyata ada hikmah yang menjadi pelajaran untuk kita semua. Teman-teman Yawme menjadi tahu seberapa besar beban yang akan tercipta saat aktivitas ini menjadi salah satu layanan Yawme kemudian, bilamana perlu SDM tambahan tuk membantu, hingga seperti apa kompetensi yang diperlukan tuk mengisinya.

CEO Yawme yang mengerjakan langsung aktivitas pengepakan marchendise Yawme

Seiring dengan makin banyak dan kompleksnya pekerjaan dalam startup kita, maka kebutuhan posisi baru akan bermunculan. Lalu timbullah sebuah pertanyaan dalam benak kita, bagaimana cara mengetahui saat kita benar-benar membutuhkan tambahan orang, lalu bagaimana cara kita mengetahui apa saja kualifikasi yang dibutuhkan dalam diri seseorang untuk mampu dengan baik mengisi poisisi tersebut.

Cara terbaik untuk mengetahui rasa sebuah makanan adalah dengan mencicipinya, tidak cukup presisi kita menebak jika hanya melihat tampilannya.
Begitu juga cara terbaik untuk mengetahui apa saja kualifikasi yang dibutuhkan di sebuah posisi baru adalah dengan merasakan pernah ada di posisi tersebut, tidak cukup jika kita tahu tentang teorinya saja.

Bahkan jika posisi tersebut sudah jamak ada di perusahaan kebanyakan, tetap tidak akan benar-benar akurat karena konteks lokal organisasi bisa berbeda-beda. Skala, kompleksitas, culture, dan tantangan tiap perusahaan atau organisasi berbeda. Hal itu menciptakan kebutuhan yang berbeda, sehingga skill dan knowledge yang dibutuhkan tuk mengisi posisi baru itupun akan berbeda.

Mencoba mencicipi berada di posisi yang kita prediksi diperlukan memang bukan perkara mudah dan nyaman, terlebih jika kita bicara soal kapasitas kita yang tentu saja mungkin tidak fit dengan posisi tersebut. Tapi menurut saya, Kekurangan kita dari sisi knowledge dan pengalaman pada posisi tersebut justru membuat kita dapat lebih mudah mengetahui harus cari orang seperti apa yang benar-benar fit pada tantangan di posisi tersebut, sekaligus mengetahui harus menghindari menempatkan orang seperti apa pada posisi tersebut.

Merasakan pernah mengerjakan tugas dari posisi yang diperlukan juga sebenarnya adalah sebuah keniscayan bagi seorang CEO startup di hari-hari pertamanya. Kalau kita sering mendengar istilah CEO yang sering dipelesetkan menjadi singkatan dari Chief Everything Officer, karena sebuah keniscayaan dalam kondisi resource serba terbatas, terkadang ada masa dimana dia akan handle semuanya. Menjadi efektif jika masa-masa itu kita pandang juga sebagai masa belajar intensif kesulitan dan tantangan di tiap bidang dalam organisasi startup kita, kemudian mencari tau orang seperti apa yang sangat pas untuk membantunya di posisi tersebut.

Chief Everything Officer, handling semua kebutuhan dengan semua keterbatasan

Selain tentang kapasitasnya, kita juga perlu tahu tentang kapan waktu mengisi posisinya. Sejalan dengan nasehat yang kita sering dengar untuk startup awalan, tentang jangan terburu hiring orang di sebuah posisi yang baru muncul karena sudah pasti menambah biaya, sementara produk dan bisnis model belum tervalidasi. Ketika mencicipi posisi tersebut, kita akan merasakan apakah ini saat yang tepat tuk mengisi posisi tersebut, atau sebenarnya masih mampu kita siasati jika beban kerjanya memang tidak terlalu berat. Baru saat sudah terasa overload dan overheat, itulah waktu terbaik mencari orang di posisi yang kita handle sementara tersebut. Justifikasi seberapa besar beban yang perlu didelegasikan dan juga seperti apa orang yang dibutuhkan akan lebih presisi dengan cara ini.

Terakhir, dengan cara mencicipi posisi yang ingin diisi ini, kita dapat kesempatan belajar membongkar ketidaknyaman dan ketakutan kita akan sesuatu yang baru, berbeda, dan seolah di luar domain kita. Mencicipi pekerjaan di luar keahlian dan pengetahuan kita memang tidak nyaman, tapi ketidaknyamanan itu akan menjadi pengalaman dan pengetahuan mendalam tuk keputusan yang lebih presisi ke depannya. Plus bonusnya semakin kita terbiasa dan terlatih dengan sebuah ketidaknyamanan, kita akan semakin menjadi tangguh dan tidak sedikit sedikit kagetan kalau kalau ada masalah dan ketidakberesan dalam perjalanan.

Leave a Reply