Berdamai dengan Perubahan

Tuk mencapai sebuah tujuan kita perlu rangkaian dan tahapan strategi, dan untuk mengeksekusi strategi kita perlu deretan taktik yang mampu dieksekusi dengan satuan waktu yang lebih kecil. Taktik punya kurun waktu yang singkat, biasanya paling lamanya 3 bulan atau 1 kuartal. Sudah menjadi hal yang lumrah bagi sebuah perusahaan ataupun organisasi untuk melakukan penyesuaian taktik yang akan dijalankan pada kuartal selanjutnya, tentunya dengan melakukan evaluasi kuartal sebelumnya.

Ada sebuah hal menarik yang kami alami di teman-teman yang mengelola produk-produk Badr Interactive dalam 3 kuartal kemarin, yaitu tentang bagaimana proses pencarian dan perubahan target tiap kuartal yang silih berganti dan beradaptasi.

Ada 3 produk yang secara bersamaan kami mulai kembangkan sejak bulan Juni 2017 lampau: Badr AcademyYawme, dan Teman Bisnis. Di kuartal pertama perjalanan, KPI terpenting kami adalah menyelesaikan dan rilis MVP, di kuartal kedua KPI kami berubah menjadi akusisi user baru (jumlah download dan active user), di kuartal ketiga, KPI terpenting kami adalah DAU (Daily Active Users).

Pembelajaran yang didapatkan di lapangan menjadi hal berharga tuk merencanakan perubahan selanjutnya.

Perjalanan dari Satu Kuartal ke kuartal Selanjutnya

Kenapa akhirnya berubah-ubah? Alasannya karena objective dan matriks terpenting dari tiap kuartal itupun berbeda-beda. Di kuartal pertama perjalanan, objective terpenting adalah tentang bagaimana kami dapat membuat MVP untuk melakukan validasi solusi. Harapannya dengan adanya MVP yang selesai dibuat, maka proses validasi solusi akan jauh lebih akurat dan cepat.

Terutama karena ada produk kami yang punya interaksi bukan hanya mesin-manusia, tapi juga manusia-manusia. Interaksi manusia-manusia ini yang akan sangat sulit untuk divalidasi dengan MVP sederhana seperti mockup atau wireframe saja. Harus dengan produk yang sudah bisa digunakan, biarpun masih sangat sederhana.

Di kuartal kedua perjalanan, setelah kami punya produk yang sudah mampu digunakan, maka kami berpikir sekarang kita harus mengumpulkan pengguna sebanyak-banyaknya supaya kita punya cukup banyak data yang jadi bahan pertimbangan untuk eksperimen-eksperimen kami ke depannya. Inspirasi ini kami dapatkan dari salah satu senior kami dalam dunia startups yang merupakan C-level di salah satu unicorn Indonesia.

Beliau menyarankan bahwa di masa awal, prioritas sebuah produk sebaiknya diarahkan pada aspek akusisi sebanyak-banyaknya pengguna supaya kita dapat mengolah data dalam jumlah banyak tersebut menjadi paket-paket eksperimen yang akurat. Maka matriks terpenting kami waktu itu adalah berapa banyak jumlah download yang didapatkan oleh produk-produk kami.

Ternyata dalam perjalanan, kami menyadari bahwa mengakusisi banyak pengguna adalah pekerjaan yang tidak mudah plus berbiaya tinggi sebelum kita benar-benar menciptakan kecintaan pada produk kita. Sebelum pengguna mencintai dan lekat dengan produk kita, yang terjadi adalah mereka terjaring melalui teknik marketing kita, tapi akhirnya tetap tidak menjadi pengguna setia karena merasa produk kita belum cukup memberikan value bagi masalah mereka.

Di sinilah akhirnya kami merasa kuartal depan, target kami adalah bagaimana meningkatkan retensi dengan memunculkan kecintaan pada produk kami. Parameter yang diukur adalah berapa banyak pengguna harian dalam produk kami, atau bahasa kerennya DAU (Daily Active Users).

Maka dimulailah perjalanan kuartal ketiga kami dengan matriks baru, berapa banyak pengguna harian dalam produk kami. Akusisi pengguna baru tetap dilakukan tuk bisa menambah pengguna harian baru, plus fitur yang menciptakan retensi penggunaan seperti push notification kami munculkan.

Memang cara terbaik tuk mengetahui sesuatu itu bekerja atau tidak adalah dengan mengeksekusinya. Dengan menjalankan beragam eksekusi tuk menjalankan taktik meningkatkan DAU, ternyata kami jadi menyadari DAU bukanlah aspek yang paling substansial tuk merepresentasikan retensi dan kelekatan pengguna.

Cara terbaik tuk mengetahui sesuatu bekerja atau tidak adalah dengan terjun mengeksekusinya.

Akhirnya dimulailah penelusuran mencari matriks yang benar-benar secara substansial merepresentasikan parameter kecintaan dan kelekatan pengguna pada produk kami. Dan memang tiap produk akhirnya akan berbeda matriksnya. Badr Academy punya matriks berapa banyak jumlah course yang terselesaikan, Yawme punya matriks jumlah pengguna yang input aktivitas ibadah hariannya, dan Teman Bisnis punya matriks jumlah pengguna yang input pencatatan transasksi.

Saat tulisan ini dibuat, kami sudah melalui sekitar 2 pekan pertama dari kuartal keempat perjalanan kami membangun sebuah produk benar-benar dari nol. Dan kami juga masih espektasikan bahwa kami akan menemukan pembelajaran baru dari eksperimen kami sekarang ini. Pun kami juga sudah siap jika pembelajaran tersebut membawa kepada perubahan taktik yang akan kami lakukan di bulan depan atau kuartal depan.

Startup dan Dinamika Perubahan

Perubahan dan eksperimen adalah dua hal yang identik dan tidak akan pernah lepas dari sebuah startup, terlebih di fase awal perjalanan. Sebagaimana Eric Ries pernah menuliskan dalam bukunya berjudul Lean Startup, Startup adalah sebuah entitas yang sedang mencari bisnis model yang scalable dan repeatable.

Layaknya sebuah masa pencarian, maka akan penuh dengan siklus membangun hipotesis, melakukan percobaan, evaluasi, hingga penarikan pembelajaran. Maka perubahan dan eksperimen tentu jadi makanan sehari-hari. Semakin sering iterasi eksperimen kita lakukan, sudah selayaknya semakin besar kemungkinan kita menemukan pola atau model yang bekerja.

Siklus inilah yang kami telah rasakan dan jalani dengan intens beberapa bulan terakhir. Bagaimana rasanya? macam-macam ternyata rasanya, ada yang menyenangkan, ada juga yang tidak begitu menyenangkan.

Menyenangkannya adalah kami jadi terbiasa dan tidak terkaget-kaget dengan perubahan dan eksperimen baru. Yang kurang menyenangkannya antara lain kami harus kuat dan tahan banting. Menemukan fakta bahwa dugaan kita keliru, kemudian bersedia melakukan cara berbeda tuk merubah kondisi butuh kekuatan tuk melakukannya. Kalau tidak tahan, kami bisa mudah saja putus asa di tengah perjalanan karena merasa telah gagal mencari cara yang bekerja.

Kesadaran tuk berubah dan terus mencoba sebenarnya adalah indikasi juga bahwa ada eksekusi serius dari kita sehari-hari. Orang yang konkrit dan total dalam eksekusi akan mampu melihat dan berani bersentuhan langsung dengan masalah. Tinggal bagaimana kesadaran tersebut berbuah inisiatif untuk meperbaiki diri terus menerus.

Startup itu memang harus dipenuhi banyak inisiatif, karena jika bukan orang-orang di dalamnya yang aktif dan inisiatif menciptakan trigger-trigger perbaikan, tidak akan ada orang di luar sana yang mau repot-repot datang dan memberi tahu kita. Kita masih belum jadi siapa-siapa, kecuali saat perusahaan telah bertumbuh menjadi besar.

Maka nikmatilah setiap kesulitan dan kesalahan, jadikanlah pelajaran. Dari pelajaran menjadi inisiatif perubahan. Lalu dari inisiatif perubahan itu kita berharap menghasilkan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang lebih baik dari hari kemarin.

Leave a Reply