Membangun produk di fase awal memang sebuah tantangan yang luar biasa. Kita kan berada pada kondisi yang serba penuh dengan ketidakpastian. Menciptakan sebuah solusi baru, yang membentuk kebiasaan baru, mengharapkan solusi tersebut memberikan nilai tambah, sehingga ada aspek ekonomi yang akan didapatkan dengan adanya solusi tersebut.
Namun ternyata menjalani tantangan tersebut bukan hanya sekedar kita mau dan mampu bekerja keras saja, perlu ada strategi jitu tuk menjalaninya agar kita tak frustasi karena beragam cara dicoba tak ada yang bekerja. Salah satu rujukan favorit saya dalam hal strategi development produk adalah growth stage yang diperkenalkan dalam buku karya Alistar Croll berjudul Lean Analytics. Tahapan growth stage tersebut antara lain : emphaty, stickiness, virality, revenue, dan scale.
Dari kelima tahapan itu, salah satu tahapan dalam membuat produk yang penting namun sering terabaikan dan terlewat adalah menciptakan stickiness (kelekatan) antara pengguna dengan produk kita. Kondisi dimana produk kita telah menciptakan habit baru baik harian, pekanan, atau bulanan bagi pengguna, sangat disukai hingga tak bisa ditinggalkan.
Di fase ini kita membangun pondasi produk yang lebih kokoh untuk stage selanjutnya : virality, revenue, hingga scaling. Akan lebih kokoh pondasi, jika sejak awal kita dapat menciptakan sesuatu yang biarpun masih digunakan oleh 100 orang namun sangat dicintai dan tak bisa ditinggalkan, dibandingkan telah didownload atau diinstal oleh 100ribu orang tapi tak menyisakan kelekatan, digunakan sekali lalu ditinggalkan.
Kelekatan ini juga adalah salah satu element growth yang paling substansial. Banyak yang bicara tentang teknik-teknik growth hacking, tapi jika tanpa didahului oleh pondasi produk yang telah lekat dengan pengguna akan sulit mencapai sustainabilitas jangka panjang.
Tidak berarti banyak, saat produk kita diliput oleh tech crunch lalu menghasilkan 10ribu download baru di hari tersebut, jika produk kita masih belum membuat orang lekat tuk terus menggunakannya. Hasilnya orang datang lalu pergi seketika tak meninggalkan jejak banyak.
Di fase menciptakan kelekatan inilah saat dimana kita banyak melakukan eksperimen dan iterasi, seperti apa experience, fungsional, dan komunikasi yang paling bekerja dengan segmen market kita.
Fase mencari tau dimana pengguna kita mengalami kesulitan, apa yang membuat mereka suka, apa yang membuat bingung, berapa kali dalam sepekan mereka pakai produk kita, seperti apa behavior mereka dalam produk kita, hingga trigger apa yang membuat mereka mengakses produk kita.
Saat dimana menggali data tuk dapat insight berharga adalah kebutuhan. Fase dimana kita mencari tahu kemudian makin yakin seperti apa persona target market kita, mereka yang menjadi para pengguna teraktif dan mendapatkan manfaat terbanyak atas produk kita.
Sembari semakin mengokoh, kita bersiap menjajaki tahapan selanjutnya, akusisi yang lebih luas dan efektif, mencari strategi dan channel tuk bersentuhan dengan persona target market yang mirip/sejenis dengan jumlah yang jauh lebih besar. Bersiap memasuki fase dimana kita bisa bereksplorasi dalam strategi marketing yang lebih beragam, bahkan hingga menggelontorkan biaya akusisi yang lebih besar jika diperlukan.
Terlebih penting lagi ini adalah fase yang biarpun melelahkan tapi sungguh menyenangkan, karena dalam penelusuran mencari bentuk produk yang benar-benar dicinta ini kita bisa tahu, saat akhirnya ada pengguna yang benar-benar merasa manfaat dari produk kita dan terus memakainya dengan konsisten.
Saat dimana karya kita begitu berarti bagi keseharian orang lain, yang itu melahirkan energi baru tuk terus melangkah mencari cara yang bekerja tuk memperbaiki dan mengembangkan produk kita.