Salah satu bagian dari ekosistem yang mempercepat bertumbuhnya startup adalah venture capitalist atau VC. VC punya peran krusial, tapi dibaliknya ada sisi gelap yang harus disadari oleh para entrepreneur.
VC punya pesona yang tak terelakkan bagi para startup. Mereka bisa menyediakan akses ke modal, memberikan pendampingan, hingga menghubungkan dengan jejaring yang lebih luas. Dengan bantuannya sebuah startup dapat memiliki pertumbuhan yang lebih cepat, dominansi di market, hingga menjadikan impian founder untuk startupnya menjadi besar jadi nyata.
Tapi di balik pesona tersebut ada beberapa potensi sisi gelap dalam dunia venture capitalist yang perlu diwaspadai oleh para founder startup. Tulisan ini akan mengulas potensi sisi gelap dari interaksi antara venture capitalist dengan para startup yang didanainya.
Kontrol yang tidak berimbang
Jika sebuah startup punya bargaining yang lemah ketika berhadapan dengan VC maka mereka mungkin saja bisa diminta untuk menyetujui term atau kesepakatan yang sangat menguntungkan VC. Situasi bargaining lemah ini biasanya dimiliki oleh startup yang sangat desperate mendapatkan capital untuk mendanai pertumbuhannya.
VC dapat meminta kontrol yang besar terhadap startup yang dia invest. Misalnya seperti kontrol atas pengambilan keputusan strategis, strategic direction, rencana pengembangan produk, hingga aspek SDM.
Kontrol yang disertai ilmu, pengalaman dan itikad baik mungkin akan dapat membantu startup dapat diarahkan menuju kondisi yang lebih baik. Namun di sisi lain founder terpaksa mengkompromikan visi atau value yang ingin dia bangun di startupnya.
Kontrol yang disalahgunakan dapat mengakibatkan conflict of interest atau pengambilan keputusan yang hanya menguntungkan salah satu pihak.
Pragmatisme untuk Memperoleh Keuntungan Cepat
Salah satu keinginan VC dalam invest di sebuah startup adalah mendapatkan keuntungan besar secepatnya. Terlebih untuk VC yang memprioritaskan short term gains dibandingkan long term sustainability.
Masa tunggu VC untuk dapat keuntungan dari startup terbatas, mungkin sekitar 5 tahun. Oleh karena itu mereka ingin memastikan dalam durasi masa tunggu tersebut startup telah bertumbuh sangat cepat sehingga nilainya akan bertumbuh berkali-kali lipat pada masa mereka dapat cash out dari investasi mereka.
Espektasi pertumbuhan cepat ini seringkali mendorong startup untuk memprioritaskan pertumbuhan dan skalabilitas at all cost dibandingkan membangun pondasi kuat untuk sustainabilitas jangka panjang. Mereka dapat terjebak pada kondisi premature scaling, misalokasi sumber daya, hingga melanggar etika atau aturan.
Konsekuensi lainnya dari dorongan untuk startup dapat bertumbuh cepat adalah para founder startup dapat terjebak pada kondisi mencari pendanaan terus menerus dari satu round ke round selanjutnya. Delusi terhadap kepemilikan dan kontrol founder jadi hal yang tak terelakkan.
Kesehatan Mental
Perjalanan dengan espektasi bertumbuh cepat dapat memberikan beban mental dan emosional yang berat bagi seorang entrepreneur. Mereka dituntut selalu dalam performa terbaik, dapat handle tekanan dan stress, serta siap sedia dalam segala kondisi uncertainty di startup mereka.
Para founder kadang berada pada kondisi terus harus bekerja tanpa lelah untuk mencapai ambisi serta target pertumbuhan cepat, memperoleh pendanaan lanjutan, atau exit yang akhirnya mendapat return yang besar.
Hal ini dapat memicu stress, burnout, hingga permasalahan mental. Dalam sebuah artikelnya, Tech crunch menyebutkan entrepreneur punya peluang 2x lebih besar untuk menderita depresi, 10x lipat lebih tinggi peluang menderita bipolar disorder, hingga 2x lipat lebih tinggi peluang memikirkan untuk bunuh diri.
Perjalanan membangun startup memang penuh ups and down seperti roller coaster, tapi jika distimulus lagi dengan espektasi tinggi dari pihak investor tentu akan menjadi tidak sehat bagi kehidupan seorang founder.
Itu beberapa sisi gelap dalam interaksi antara startup dan VC saat mereka bersepakat untuk berjalan bersama dalam sebuah perjanjian investasi. Tentunya tidak semua VC seperti itu, demikian juga tidak semua startup mengalami hal tersebut.
Namun kita perlu untuk berhati-hati agar jangan sampai startup kita terjebak dalam sisi gelap yang telah kita ulas tadi.