Pagi itu seperti biasa, pembawaannya tenang dan wajahnya teduh. Seorang guru, yang bukan hanya kami belajar banyak soal muamalah bisnis, tapi justru lebih banyak tentang pelajaran kehidupan.
Tadinya pertemuan ini saya tujukan untuk banyak cerita tentang berbagai beban pikiran yang menggelayut dalam sebuah muamalah kami bersama. Harap saya agar bisa berbagi dan berkuranglah tekanan dari beban tersebut.
Tapi belum lagi saya sempat cerita sedikitpun apa yang ada dalam pikiran, semua kegalauan sirnah, ketika beliau membuka silaturahim kami dengan membacakan saya surat Hud ayat 61.
“dan kepada kaum samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-Nya).”
Adakah yang mampu berjalan tuk beramal di dunia yang suci dan bersih dari salah dosa?
Mungkinkah diri kita tuk selalu bersih tak berlumur dosa dalam tiap ibadah penghambaan kita?
Sebagaimana dalam tiap perjalanan pasti ada debu kotoran yang melekat di pakaian,
dalam setiap gerak kita pasti ada ketidaksempurnaan perbuatan.
Diri ini mungkin sering meringkuk ngeri dalam doa-doa terdalam, membayangkan setiap dosa dan salah kita.
Dan lebih sedihnya, sebagian dari kesalahan itu terukir justru dalam setiap gerak kita ketika ingin atau sedang beramal shaleh.
Namun sungguh Allah Yang Paling Tahu terhadap setiap hamba ciptaan-Nya. Ada kesejukkan dan petunjuk dari Allah ketika kita meresapi sejenak perkataan Allah yang termaktub dalam surat Hud ayat 61 ini.
Sebuah penghiburan terbaik untuk para pejuang amal kebaikan.
Dalam penggalan ayat itu Allah menyandingkan beberapa hal bersamaan. Perintah tuk menyembah Allah, lalu penugasan kepada kita untuk memakmurkan bumi, yang dibersamai dengan perintah tuk senantiasa memohon ampunan dan bertobat kepada Allah.
Allah seperti telah mengetahui, bahwa dalam setiap perjuangan kita tuk beramal shaleh, tuk memakmurkan bumi, tuk menyembah Allah, adalah keniscayaan bagi kita tuk berbuat salah dan dosa.
Tentang keterbatasan ilmu kita, tentang memilih yang terbaik dari semua pilihan terburuk, tentang kelalaian dan ke-alpa-an, tentang ketergelinciran kita.
Lalu perintah tuk selalu memohon ampun dan bertobat tersanding bersamaan setelahnya.
Sering kali diri ini hampir berputus asa dan hampir-hampir menghentikan langkah ketika melihat perjuangan yang tak kunjung berdampak, sudah itu disertai bertambah-tambah ketidaksempurnaan, salah, khilaf, dan jatuh di berbagai tempat.
Namun disinilah justru penghiburan Allah. Allah mengetahui memang tabiat kita tuk terjerumus pada salah dan dosa, pun ketika beramal. Hingga Allah senantiasa membuka pilihan ini. Pilihan tuk selalu memohon ampunan kepada Allah dan bertobat dari jatuh terjerembab karena salah dan dosa itu.
Tuk diri ini dan para pejuang kebaikan di luar sana, jangan berputus asa sedalam apapun kita terjatuh karena diri yang kalah oleh godaan nafsu. Teruslah beramal shaleh. Mari memohon ampun kepada Allah, sertai dengan selalu ambil pelajaran tuk jadikan diri lebih baik, lalu kita berjalan lagi dalam deretan rencana amal lainnya.
Takkan sempurna sebuah amal serorang insan yang lemah dan penuh kekurangan ini. Justru hanya Allah-lah yang mampu menyempurnakan setiap amal kita.
Inilah jalan yang ingin kupilih. Karena begerak, berjuang, beramal biarpun seringkali sakit terjatuh jauh lebih baik ketimbang diam walaupun bisa tetap steril tak terkotori oleh lumpur saat tersandung jatuh.
Inilah jalan yang ingin kulalui. Meyakini ampunan Allah jauh lebih besar dan luas, sedalam apapun kita telah terperosok jatuh dalam tiap amal dan perjuangan kita.
Inilah jalan yang kuingin tempuh. Rentetan gerak yang selalu dibarengi oleh penginsyafan segala kekurangan, dan disempurnakan oleh tobat dan menghamba ampunan Rabb kita yang tak pernah bosan menyambut kita kembali.