Di sebuah malam sehabis pulang futsal bareng, para cowok-cowok dari startup-startup di Badr Startup Studio terlibat obrolan ringan yang seru. Termasuk di dalamnya ada CEO Skydu, Amri, yang rencananya ingin nginap di kantor malam itu.
Skydu adalah platform SAAS (Software as a Service) yang membantu kita membuat aplikasi learning manajemen sistem dengan mudah dan cepat. Platform ini sudah digunakan oleh Paytren Academy yang memfasilitasi lebih dari 200 ribu orang tuk belajar lebih dari 45 ribu kuliah online terselenggara. Dan beberapa institusi lainnya yang membuat kursus online lewat skydu di beragam bidang.
“Dude, berapa lama waktu buat lu bikin satu web kursus online baru?” tanya Wahyu, CEO Yawme.
“two seconds”, jawab Amri jumawa 😀
“Wogh mantapp”, serempak kami terkejut.
Lalu Amri demokan secara langsung di depan kami, Jadinya ga bener-bener 2 detik sih, tapi tetap masih kurang dari 10 detik mulai dari registrasi pengguna sampai dia bisa langsung punya web kursus online dengan fitur lengkap sendiri.
Ada startup kita lainnya lagi yang dari level kekerenan teknologi gak kalah dengan Skydu. Namanya NFJuara, salah satu startup yang bikin tryout online platform. Bekerja sama dengan tim dari Bimbel NF mendigitalisasi belasan ribu soal dari beragam tingkat pendidikan, bab, hingga kesulitan. Mereka bisa bikin teknologinya digunakan oleh lebih dari 10 ribu pengguna secara bersamaan yang tanpa down ataupun lag.
Pencapaian bisa punya produk keren gitu bukan tanpa konsekuensi, banyak banget konsekuensi yang harus diambil oleh mereka. Skydu perlu waktu lebih dari 5 bulan dan NF juara lebih dari 8 bulan dengan tim development senior tuk membangun semua itu.
Berarti apa? semua konsentrasi mereka di awal fokus pada development produk, ekstrem hingga menihilkan fokus di bisnis, marketing, apalagi branding. Kalau di rapat-rapat antar para CEO produk-produk kami, pasti CEO dua produk ini jadi bulan-bulanan karena belum bisa menunjukkan traction dan pencapaian di sisi bisnis dalam kurun waktu yang lama.
Bahkan mungkin gak sekali du akali mereka mempertanyakan diri sendiri, apakah hasilnya nanti worth dengan pengorbanan fokus lama sekali di development ini.
Buat kita yang pernah belajar tentang lean startup, validasi produk, dll, pasti sulit memahami pendekatan seperti ini. Tapi namanya startup, selalu punya keunikan-keunikan tersendiri, satu formula tidak bisa diseragamkan ke semua jenis startup.
Terbukti ada juga cukup banyak juga produk startup yang meraksasa dengan model pengembangan produk seperti itu. Model yang membutuhkan semedi bulanan bahkan tahunan tuk development produk tanpa fokus lain, lalu ketika rilis langsung mendapatkan perhatian karena kualitas produk mereka yang outstanding.
Evernote contohnya, jangankan bulanan, mereka menghabiskan waktu tahunan fokus untuk development produknya, dengan kondisi tak ada alokasi budget sepeserpun untuk marketing. Hasilnya? mereka rilis dengan kondisi produk yang sudah sangat keren.
Fokus di masa development produk jangan disalah artikan gak melakukan validasi dan iterasi pengembangan produk sama sekali ya. Tentu tetap ada validasi market, problem, dan solution ke target market mereka secara terus menerus. Yang ga ada hanya fokus untuk jualan dan marketingnya aja.
Juga jangan disalahpahamkan bahwa setelah rilis, tadaaa, selesai sudah development karena sudah langsung product market fit. Wah itu kecil banget kemungkinannya. Pasti harus ada perbaikan dan penyesuaian terus menerus sesuai dengan kebutuhan market.
Lalu apa sih pentingnya punya produk yang keren atau bikin WOW orang?
Ini adalah salah satu kunci yang penting dalam tahapan growth hacking : menciptakan produk yang berkualitas. Produk yang berkualitas tentunya akan menciptakan kepuasan dan bikin orang terkesima, bikin orang menunjukkan ekspresi WOW seketika. Dan itu adalah awal dari virality. Kalau bentuknya B2B, akan mempertinggi tingkat konversi dari orang yang baru prospek tuk menjadi pelanggan.
Kalau produk kita ga berkualitas atau setengah-setengah, maka efek kejut itu jadi ga ada. Mungkin harus butuh variable spesial seperti endorsement tokoh publik atau sensasi karena skandal.
Semoga kita semua belajar jadi pencipta karya yang senantiasa meyakini bahwa totalitas dalam bikin sesuatu yang berkualitas itu ga pernah berbohong. Kalaupun hasil akhirnya ternyata gagal, minimalnya kita telah belajar dari pengalaman dalam menciptakan suatu karya yang bikin bangga dan puas 🙂