Saya adalah salah satu orang yang mengidolakan design sprint, sebuah metodologi menciptakan prototype sebuah produk dan menguji cobanya langsung kepada user kita. Tujuannya agar kita dapat mengetahui apakah prototype produk kita tersebut akan bekerja atau tidak ketika nanti direalisasikan menjadi produk.
Sejak pertama kali membaca buku yang menjelaskan tentang metodologi ini –berjudul Sprint karya foundernya Design Sprint Jake Knapp— saya langsung jatuh cinta dan mencoba mengimpelmentasikannya di Badr Interactive. Kami membuat beberapa kali sprint dalam menciptakan prototype produk terbaru kami, Verivy. Saking sukanya dengan bukunya, saya membacanya berulang untuk mengetahui detail apa saja tahapan kegiatan yang ada dan harus dilakukan ketika kita ingin melakukan design sprint.
Ketika mendapat kesempatan untuk ikut program Google Launchpad dan setiap peserta ditanya apa espektasi mereka dalam program ini, saya juga menulis dengan eksplisit, ingin belajar tentang design sprint. Dan ternyata, di hari ke-9 Google Launchpad kami kedatangan langsung Jake Knapp, sang penemu teknik design sprint ini, alhamdulillah ya, sangat bersemangat sekali di sesi materi ini.
Nah dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang apa itu design sprint dan langkah langkah apa yang harus kita lakukan dalam proses design sprint karena hal itu bisa kita pelajari di bukunya atau di web ini. Tapi saya ingin menceritakan latar belakang bagaimana Jake Knapp bisa menciptakan design sprint ini, sebuah kisah di balik design sprint yang tidak ada di dalam bukunya sekalipun.
Cerita berawal dari perjalanan Jake Knapp yang masih bekerja di Microsoft pada tahun 2003. Saat itu ia menjadi bagian dari tim yang mengembangkan produk bernama Encarta Encyclopedia, bagi kita generasi tahun 90-an pasti pernah mendengar tentang produk ini. Sebuah ensiklopedia yang berisi beragam rupa informasi dan pengetahuan yang dikemas di dalam CD, dan dijual ke khalayak luas. Biarpun kalau kita liat saat ini sangat tidak menarik untuk dibeli, sudah dikemas ke dalam bentuk CD, penyebarannya hanya lewat membeli di toko fisik langsung, serta berbayar pula, tapi percayalah, produk ini terkenal pada zamannya.
Hingga tiba saat negara api menyerang, saat Wikipedia muncul dan membesar, lalu Google juga menjadi produk yang semakin bisa diandalkan dalam mencari informasi berbagai macam hal, Encarta mengalami perlambatan signifikan. Bagaimana tidak, mereka harus berkompetisi dengan produk yang harganya gratis! Biarpun Encarta berisi informasi yang jauh lebih berkualitas tapi tetap saja bersaing dengan sesuatu yang gratis dan memberikan manfaat yang relatif sama menjadi hal yang sangat berat bagi mereka.
Lalu tim Encarta kemudian berkumpul untuk bisa menciptakan ide pembaruan terhadap produk mereka ini, terkumpullah berbagai macam ide dari semuga orang yang ada di dalam tim. Lalu setelah proses diskusi dan brainstorming yang panjang diputuskanlah satu ide pengembangan produk yang dipilih dan dilaksanakan, membuat pembaruan pada UI (User Interface) dan UX (User Experience) dari browser pencarian Encarta.
Mereka semua excited pada awalnya, lalu proses development berjalan hingga memakan waktu berbulan bulan, kalau dalam ilustrasi yang disampaikan oleh Jake Knapp sih pengembangan produknya seperti memakan waktu satu tahun. Hingga tiba saat pengembangan pembaruan produk tersebut selesai dan siap diluncurkan ke publik.
Karena mereka adalah tim produk, sementara yang bertanggung jawab dalam komunikasi, pengemasan, dan penjualan produk adalah tim marketing sehingga akhirnya mereka menyerahkan proses selanjutnya kepada tim marketing. Dan inilah hasil akhir kemasan yang dilahirkan tim marketing 😀
Bisa kita lihat, kerja keras tim produk selama satu tahun terakhir merombak interface pencarian informasi di Encarta hanya direpresentasikan dengan sebaris kalimat berbunyi: New Browser!. Even screenshot bentuk interface-nya pun tidak ada di bagian cover produknya 😀
Dan yang lebih memberikan pelajaran lagi, semua usaha perbaikan interface tersebut tidak memberikan banyak pengaruh pada penjualan produk Encarta. hingga akhirnya Encarta kini sudah tinggal masa lalu dan menjadi sejarah, kalau kita cari di google, di pencarian urutan pertama akan kita temukan informasi tentang Encarta jsutru ada di halaman kompetitor utamanya, Wikipedia.
Cerita tidak berhenti sampai di sana, setelah semua pengalaman tersebut, tahun 2007 akhirnya Jake Knapp memutuskan untuk meninggalkan Microsoft dan pindah ke Google. Salah satu espektasi terbesarnya saat itu adalah mempelajari bagaimana cara Google bekerja dalam mengembangkan produk yang bisa sangat bekerja di pasaran.
Dia berespektasi sebuah metodologi pengembangan produk yang revolusioner dan di luar kebiasaan di masyarakat, tapi ternyata espektasinya tidak begitu terpenuhi. Google juga masih punya masalah dalam proses pengembangan produk yang butuh waktu lama, biarpun lebih cepat dibandingkan tempat kerjanya yang lama.
Di Google pun tetap ia temukan ada beberapa produk yang tebengkalai dan tidak pernah terselesaikan pada akhirnya. Salah satunya adalah sebuah produk video meeting dari Google yang telah terbengkalai selama setahun terakhir. Kemudian pada suatu hari Ia berinisiatif bersama beberapa orang yang terlibat di tim produk video meeting itu untuk mengosongkan agenda selama 5 hari berturut-turut full, di sebuah ruangan kerja yang sama, dan agendanya hanya satu, menyelesaikan prototype produk video meeting tersebut dalam waktu 5 hari.
Dalam 5 hari berturut-turut tersebut mereka melakukan brainstorming, prototyping, hingga testing ke real user langsung. Hingga akhirnya perjalanan 5 hari itu mereka berhasil membuat sebuah prototype produk yang bekerja, disukai, dan menjadi cikal bakal Google Hangout. Aktivitas yang mereka lakukan inilah yang menginspirasi Jake Knapp untuk membuat Design Sprint. Setelah penyesuaian, percobaan, dan uji coba di berbagai kesempatan akhirnya Design Sprint semakin sempurna dan kelak dibukukan dalam buku Sprint.
Di tahun 2011 ia meninggalkan divisinya di Google saat itu dan pindah ke Google Ventures, bagian dari Google yang berinvestasi dan bekerja bersama portfolio-portfolio startup nya google untuk mengembangkan produk yang semakin baik untuk digunakan user. Di sinilah ia punya keleluasaan dalam memperkenalkan dan ujicoba design sprint sehingga menjadi metodologi pengembangan prototype yang semakin matang.
Perjalanan Jake Knapp menemukan dan menyempurnakan design sprint ini sebenarnya adalah kejadian dan tantangan yang selama ini juga kita hadapi bersama. Kita berhadapan pada beragam asumsi dan rencana pengembangan produk tapi kita ragu atau belum bisa memastikan apakah fitur yang kita kembangkan itu benar-benar sesuatu yang akan disukai dan bernilai bagi user kita atau bukan.
Design sprint seolah olah menjadi mesin waktu bagi kita untuk terbang ke masa depan dan melihat bagaimana reaksi user saat fitur atau produk yang kita kembangkan telah jadi dan dipakai oleh user. Metode ini dikemas agar pengembangan dan uji coba prototype, apapun jenisnya tetap bisa selesai hanya dalam waktu 5 hari, bahkan jika kita sudah semakin lancar dan semakin tahu apa masalah yang akan kita selesaikan, kita bisa melakukan design sprint hanya dalam waktu 3 hari atau bahkan 2 hari.
Tapi memang untuk bisa mengembangkan produk dengan menggunakan metode design sprint ini, kita membutuhkan komitmen anggota tim, termasuk sang pengambil keputusan di startup atau perusahaan kita, agar selama proses design sprint berlangsung untuk fokus hanya pada agenda design sprint yang akan kita lakukan, dan ini adalah hal yang sangat sulit ketika dipraktekkan, apalagi untuk mereka yang punya beragam agenda di waktu kerja yang sangat padat.
Buat teman-teman yang ingin tahu lebih lanjut soal design sprint bisa mempelajari bukunya, atau baca-baca di web ini. Design sprint ini bukan hanya bermanfaat bagi startup yang organisasinya masih kecil, tapi juga bermanfaat bagi korporasi besar agar jangan terjebak pada cycle perngembangan produk yang lama namun tidak jelas apakah akan bekerja atau tidak pada akhirnya.