Saya ingin cerita tentang salah seorang yang selama 8 tahun terakhir menjadi salah satu sosok abang, sahabat, dan partner kerja terbaik yang pernah saya miliki. Saya tidak sebutkan namanya, tapi semua rekan kerja saya pasti mengetahui beliau yang bersangkutan ini.
Saya belajar banyak dari beliau tentang keikhlasan dan kelurusan dalam beraktivitas, termasuk dalam bekerja. Beragam posisi dia telah jalani di perusahaan yang beliau dirikan ini, dari mulai developer hingga direktur. Prinsipnya satu, dimana perusahaan membutuhkan, di sana Ia berani dan bersedia di tempatkan.
Masih teringat beberapa pekan lalu rasa tidak enak dan bercampur ragu ketika harus memberikan opsi bahwa produk yang saat ini sedang beliau tangani harus dibekukan sementara waktu hingga proses validasi solusi selesai dilakukan. Dan beliau akan ditempatkan sementara menjadi salah satu tim IT di salah satu lini produk kami yang lain. Dan ternyata, masyaAllah, beliau menerima dan siap berpindah peran, tanpa penolakan dan argumentasi sama sekali.
Ini salah satu pelajaran terpenting bagi saya, tentang keikhlasan dan kepercayaan kepada pemimpin. Jika saya membayangkan berada di posisi beliau, pasti saya sudah mencak-mencak. Harga diri saya mungkin terciderai, dan juga beragam argumentasi keluar demi menjaga agar zona nyaman saya tetap terjaga. Tidak ada sama sekali dari deretan yang saya sebutkan barusan keluar dari ekspresi dan ucapan beliau.
Dengan beliau saya belajar, jika Ia melihat bahwa keputusan itu dasarnya tuk kebaikan perusahaan dan langkah strategi tuk membuat tujuan lebih dekat tercapai, maka beliau tidak akan berpikir soal kenyamanan, harga diri, dan juga kesulitan. Seperti sebuah anak panah yang siap ditembakkan kemana busur mengarahkan, selama arah tersebut adalah tuk kebaikan.
Saya juga belajar dari beliau tentang kelurusan. Sepanjang pengalaman saya berinteraksi, belum pernah saya melihat ketidakkonsistenan beliau dalam hal kelurusan niat dalam beraktivitas. Contoh kecil dalam sebuah perbincangan di forum bersama dengan teman-teman kantor, saya lupa konteks pembicaraan waktu itu, tapi salah satu kalimat yang membuat saya terkesan dan terus teringat adalah tetang niatan berkeluarganya beliau yang kokoh untuk ibadah dan dakwah. Semua orientasi dan pengambilan keputusan dalam keluarga, interaksi dengan istri dan anak akan berpulang pada ujung aktivitas ibadah dan dakwah tersebut.
Perusahaan yang saat ini kami jalani bersama ini sebenarnya pertama kali adalah inisiatif beliau. Beliau yang mengumpulkan para bocah ingusan yang masih di level mahasiswa, mengajarkan dan membimbing kami. Hingga akhirnya mempercayai kami tuk bersamanya membangun sebuah bentuk yang lebih kokoh.
Ia tidak pernah bergeming sedikitpun tentang visi dan impiannya tuk mendirikan sebuah perusahaan dakwah yang senantiasa bernafaskan dakwah sebagai kompas dalam setiap aktivitas dan tindakan. Berhenti dari dunia profesional setelah 13 tahun melanglang buana adalah tantangan dan ujian kemapanan. Ujian yang menuntut kesediaan downgrade dari hampir setiap aspek pekerjaan : gaji, aktualisasi diri, jenjang karir, hingga jaminan-jaminan. Semua demi tegas memilih lebih baik bersusah tapi berada pada rute yang jelas pada tujuan kita, daripada bersantai tapi terombang ambing tidak jelas kemana tujuan.
Ia memang bukanlah sosok yang sempurna. Selayaknya manusia biasa, banyak juga kekurangan dan kealpaan yang diperbuat. Tapi bicara soal keikhlasan, kepercayaan, dan juga kelurusan ini membuat kami merasa aman ketika berada dan bekerja dengannya. Tidak ada inkonsistensi, niat terselubung, atau manuver manuver office politics sebagaimana jamak di dunia kerja lainnya. Dalam keadaan terancam sekalipun, kita punya tempat tuk bisa diandalkan. Beliau menunjukkan bahwa kita juga bisa menjadi sosok yang kokoh dan berusaha tuk bisa diandalkan, dimanapun posisi kita berada.
Keamanan dan kepercayaan dalam ekosistem kerja inilah yang membuat orang-orang di dalamnya akhirnya merasa aman dan tidak terancam. Kondisi ini akhirnya membuat orang-orang di dalam bisa memusatkan fokus energinya pada tantangan dari luar organisasi, alih-alih sibuk mencari keamanan karena kondisi internal ekosistem kerja yang tidak aman.
Menciptakan ekosistem internal organisasi yang aman dan saling percaya adalah agenda penting seorang pimpinan perusahaan, sebagaimana seorang ayah yang perlu menciptakan rasa aman bagi semua anggota keluarga di keluarganya. Di perusahaan ini, setidaknya ada karakter kuat seperti keikhlasan dan kelurusan ini yang akan menciptakan rasa aman bagi semua anggota tim di dalamnya.
Kemungkinan beliaulah jangkar terakhir akan akan terus menahan kapal kami jika Allah menguji kami dengan badai kelak. Beliau jugalah orang terakhir yang turun beristirahat ketika kita sampai pada pulau tujuan. Terima kasih banyak atas semua keteladanan yang konsistennya. Respek terbesar saya tuk beliau.