Site icon Catatan Andreas Senjaya

Yang Tak Terlihat dan Tak Terdengar, Boleh Jadi Lebih Utama

Pernah gak berpikir kayak begini, “kayaknya kontribusi seorang programmer gak sebesar atau sesignifikan seorang CEO deh”. “Mungkin klo ditimbang banyaknya ganjaran kebaikan di akhirat kelak, seorang staff administrasi gak akan bisa menandingi seorang direktur deh”.

Benarkah begitu? Saya ga berpikir itu adalah sebuah kemutlakan di segala kondisi.

Menurut saya belum tentu sebab utama sukses berhasilnya sebuah perusahaan, gerakan, atau sebuah pekerjaan selalu berasal dari tangan orang yang paling dikenal oleh dunia di tim tersebut.

Saya sendiri selalu merasa, dibalik semua pencapaian apa yang kami pernah rintis, kalau mau dikomparasikan, kontribusi saya pribadi dibanding teman-teman lainnya itu sangat minim. Jauh lebih banyak di tim kami, mereka yang lebih berjasa tapi justru banyak tidak dikenal oleh orang banyak.

Adalah bagian dari takdir Allah yang kebagian dapat ujian menjadi yang lebih dikenal orang itu jatuhnya ke pundak saya. Orang lebih mengenal nama Jay ketika merefer soal perusahaan kami.

Kenapa ini pantas disebut ujian? karena kalau kita gagal mengelolanya dengan baik, justru jadi yang dikenal malah senantiasa punya jurang menganga besar yang dapat menelan semua kebaikan dari semua amal kita, lebih seram lagi malah menjerumuskan ke api neraka.

Ada rasa cemburu dalam hati ini kepada mereka yang tersembunyi di balik layar tapi kontribusinya nyata berpengaruh signifikan. Pahala atas kebaikan mereka terus mengalir dalam tiap kerja-kerja mereka, di sisi yang lain mereka aman karena tak perlu berurusan dengan penyakit hati seperti sombong, merasa lebih baik dari orang lain, suka mendapatkan elu pujian, ataupun riya.

Tak selamanya kemuliaan seseorang itu diukur dari seberapa banyak orang yang mengenal dan mengapresiasinya. Jika parameter itu yang dipakai maka atas dasar apa kita meragukan kemuliaan para nabi terdahulu.

Ustadz Salim A Fillah pernah mengatakan sungguh beruntung mereka yang tak dikenal di bumi, namun terkenal di langit ketika hidup. Lalu Allah buat Ia dikenal penghuni bumi baru ketika sudah tiada di dunia. Ia dijaga oleh Allah dari penyakit-penyakit hati di dunia karena keterkenalannya.

Berapa banyak pengikut dakwah Nabi Ibrahim, Nabi Nuh, atau Nabi Musa saat tugas dakwahnya di dunia? Mereka begitu mulia di sisi Allah, tapi di dunia semasa hidupnya tidak banyak manusia yang mengetahui atau mau mengikuti mereka. Justru Allah muliakan mereka di dunia, baru ketika sudah meregang nafas dari dada. Kisah mereka diabadikan sepanjang zaman dalam qur’an, bahkan nama nabi Ibrahim didoakan milyaran orang selalu di setiap hari di shalat kita.

Ini pelajaran buat kita yang sering merasa pekerjaan dan peran kita itu kecil gak berarti, sementara cara ngukurnya dari berapa banyak orang yang tau tentang kita, berapa banyak orang yang mengapresiasi kita, atau berapa banyak followers sosmed kita. Maka bersyukurlah, bisa jadi sedikitnya yang kenal dan memuji kita adalah cara Allah melindungi kita.

Berharap tak terkenal di bumi, tapi terkenal di langit. Berangan banyaknya makhluk langit yang menyebut-nyebut nama kita tersebab amal kebaikan kita, dibandingkan puja puji manusia padahal hanya karena aib kita yang terhijab kebaikan Allah SWT.

Exit mobile version