“Misal nih suatu hari Dara lagi ingin eskrim, trus Abah kasih 1 batang eskrim, gimana perasaan Dara?” Abah memulai nasehat paginya hari ini dengan sebuah pertanyaan.
“Ya seneng dong Abah” Dara, gadis berumur 9 tahun itu menjawab dengan semangat pertanyaan Abahnya.
“Lalu setelah Abah berikan es krim ke Dara, Abah berikan ke Damar eskrim. tapi jumlahnya 2 batang. Gimana perasaan Dara sekarang?” Abah melanjutkan pertanyaan.
Seketika ekspresi anak sulung di keluarga itu berubah.
“Dara senih dong Abah!” Ia menjawab dengan nada protes. Dalam hati ia berpikir kenapa adik berumur 3 tahunnya, Damar, yang super usil justru malah dapat es krim lebih banyak.
Abah tersenyum, lalu bertanya, “Lho kenapa Dara jadi sedih, kan Dara tetap dapat eskrim?”
“Soalnya Abah ga adil, Dara dikasih 1 tapi Damar dikasih 2, harusnya Damar ga usah dikasih soalnya sering usil ke kakak.” Dara merasionalisasi jawabannya.
Abah melanjutkan kalimatnya “Hmm bgitu, tapi Dara punya berapa eskrim sebelum Abah berikan?”
“Gak punya.”
“Dara dari ga punya lalu jadi punya eskrim, harusnya senang kan?” Abah bertanya lagi.
“Iya sih Abah, tapi Dara ga suka kalo Damar dapat es krim lebih banyak dari Dara.” Dara kembali menjelaskan supaya Abahnya paham kenapa ia protes keras pada Abahnya.
“Nah, begitulah dalam kehidupan kita kak, rasa bahagia dan syukur kita pada karunia Allah bisa berkurang bahkan hilang jika kita banding bandingkan dengan apa yang didapatkan orang lain. Kalau kita berfokus pada apa yang kita miliki dari sebelumnya tidak pasti rasa bahagia dan bersyukurnya tidak berkurang.”
Abahnya melanjutkan, “Membandingkan apa yang kita punya dengan orang yang punya lebih banyak sering buat kita lupa bersyukur atas apa yang Allah berikan. Kemarin ada tetangga kita baru renov rumah jadi besar, kalau kita kepikiran terus maka bikin kita ga mensyukuri kita sendiri punya rumah biarpun kecil tapi nyaman. Padahal dulu waktu Dara kecil kita belum punya rumah, kita ngontrak. Ada kerabat kita yang baru beli mobil bagus bisa bikin kita gak bahagia dengan mobil yang kita kalau kita kepikiran dan banding-bandingkan. Biarpun mobil kita keluaran tahun lama dan sering service setidaknya kita bisa nyaman pergi bersama tanpa kepanasan dan kehujanan.”
Dara diam sejenak. Lalu bertanya, “Berarti ga boleh suka banding-bandingkan ya Abah?”
“Kalau mau membandingkan dalam hal dunia, lihatlah mereka yang lebih berkekurangan dari kita. Coba Dara lihat masih banyak orang belum punya mobil. Mereka sekeluarga naik motor berlima. Pergi siang-siang terik kepanasan belum kalau macet. Kalau hujan harus menepi atau basah kuyup..”
Abah melanjutkan lagi, “Kalau mau membandingkan ke mereka yang lebih tinggi, bandingkan dalam ibadah. Dara lihat mereka yang ibadahnya lebih rajin, ilmunya lebih tinggi, sedekahnya lebih ringan, hafalan Qurannya lebih banyak. Jika muncul rasa iri, maka rasa iri dalam ilmu dan ibadah itu dibolehkan.”
“Abah ingin berpesan, Dara ketika sudah besar nanti, pasti akan terus menemukan orang-orang yang lebih banyak harta dunia dan lebih banyak lagi yang berlomba-lomba mendapatkannya. Abah ingin agar Dara jangan menggantungkan bahagia dan syukur Dara dengan membandingkan ke harta orang lain. Hal itu gak pernah akan buat Dara bahagia karena tidak akan pernah habis. Carilah kebahagiaan dengan mensyukuri apa yang Allah telah berikan pada kita. Maka rasa syukur akan lebih mudah muncul.”
Dara diam sejenak untuk mencerna, lalu bertanya pada Abahnya.
“Abah, Dara ingin tanya, memang rasa syukur itu penting ya, sampai haru capek capek kita terus munculkan?”
“Nah Abah tanya ke Dara dulu ya, kalau Dara memberikan hadiah ke Abah, lalu Abah diam saja tidak mengucapkan terima kasih, bahkan Abah mencela pemberian Dara karena ga bagus. Dara sedih ga?” Jawab Abahnya.
“wah bukan sedih lagi, Dara akan marah dan nangis sejadi jadinya Abah.” Ekspresi kesal nan lucunya muncul.
“Nah kita ga ingin jika ga bersyukur atas karunia yang diberikan Allah, nanti Allah murka pada kita dan mencabut karunia tersebut dari kita.” Abahnya menjelaskan. “Syukur itu adalah kebutuhan kita, dan bahkan dengan syukur itu Allah akan tambah nikmat-Nya untuk kita. Jadi harus selalu kita latih. diri kita sering bersyukur”
“Oke Abah insyaAllah Dara akan berusaha selalu bersyukur.” Dara menjawab dengan semangat.
“Alhamdulillah, semoga Dara Allah selalu jaga dan mudahkan dalam bersyukur ya.”
“Aamiin Abah, tapi kalau Abah beneran mau ngasih eskrim, pokoknya Damar ga boleh dikasih lebih banyak dari Dara ya!” Dara menutup diskusi itu masih dengan memastikan adiknya ga dapat eskrim lebih banyak darinya.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS Ibrahim:7)