Salah satu kebahagiaan dalam mengembangkan sebuah produk adalah ketika pengguna kita mencintai produk kita, yang jauh lebih membahagiakan lagi adalah ketika produk kita selain dicintai, para pengguna juga berpartisipasi aktif dalam pengembangan produk kita, dan mereka membentuk komunitas yang loyal dan peduli pada produk kita. Hal itulah yang dimiliki oleh Waze, aplikasi navigasi berbasis komunitas yang hingga kini sering menjadi rujukan bagi para pengemudi untuk menghindari kemacetan atau mencari rute perjalan yang paling efisien.
Di hari ke-7 Google Launchpad ini kami mendapatkan sharing dari Noam Bardin, Chief Wazer nya Google, yang pernah menjabat sebagai CEO-nya Waze tahun 2009 hingga 2013 sebelum akhirnya Google mengakusisi Waze dengan nilai USD 1 milyar. Perusahaan asal Israel ini menjadi salah satu startup yang diakusisi dengan nilai di atas USD 1,1 milyar dalam usia yang masih relatif muda.
Setidaknya ada beberapa inspirasi dari Perjalanan Waze hingga menjadi perusahaan milyaran dollar yang saya dapatkan di sesi sharing Noam Bardin ini.
Langkah Pertama yang Melawan Arah Angin
Inisiatif mendirikan Waze sebenanrya muncul dari keinginan untuk membuat map untuk masyarakat dunia yang dimulai dari kota Hebrew di Israel yang murah dan bisa dilakukan oleh orang biasa tanpa harus mengeluarkan biaya mahal. Saat itu semua aplikasi map hanya bisa dibuat oleh perusahaan super besar. Dan karena sangat sedikitnya aplikasi map yang bisa digunakan, membuat harga lisensi map digital menjadi sangat mahal. Jika kita membeli GPS, harga termahalnya bukan pada device nya, tapi pada lisensi dari mapnya.
Ehud Shabtai, founder Waze, memulai proyek pembuatan platform kolaborasi berbasiskan komunitas untuk membangun map digitalnya di tahun 2006, baru di tahun 2008 ia membentuknya menjadi perusahaan bernama Waze. Hal ini tentunya merupakan sesuatu yang di luar kebiasaan karena ia menjadi pionir platform cummunity based untuk map digital yang kita membayangkannya saja sangat sulit dilakukan. Namun ternyata mereka berhasil, memanfaatkan semangat volunterisme yang sama sekali tidak berbayar, menciptakan map digital yang bisa membantu orang banyak.
Waze dalam langkah pertamanya juga bukan tanpa kendala, di hari pertama, mereka hanya dapat mengumpulkan 190 orang yang mau registrasi di platform mereka, angka itu terbilang kecil untuk sebuah platform digital. Kesalahan lain yang diceritakan oleh Noam di hari-hari awal adalah mereka benar-benar membuat Waze sangat lokal, sehingga ketika di masa mendatang ingin melakukan scaling ke pasar internasional menemukan kendala cukup banyak.
Untuk market Israel yang jumlah penduduknya sedikit, maka membuat aplikasi yang sangat lokal adalah sebuah blunder karena tidak cukup besar untuk membuatnya menjadi perusahaan besar kelas dunia.
Kesalahan lain yang diceritakan oleh Noam di hari-hari awal adalah mereka benar-benar membuat Waze sangat lokal, sehingga ketika di masa mendatang ingin melakukan scaling ke pasar internasional menemukan kendala cukup banyak.
Memberdayakan Komunitas
Satu hal yang bisa membuat konsep waze bekerja adalah bagaimana cara mereka untuk bisa mengaktivasi member komunitas mereka. Kalau kita pernah pakai Waze, mungkin kita mengira bahwa hal yang menarik untuk bisa membuat orang tetap aktif dan ikut berkontribusi adalah adanya gamification dalam aplikasnya, tapi ternyata bukan itu hal paling utama yang membuat komunitas wazer mereka bisa sangat hidup, melainkan bagaimana cara agar menjadikan komunitas itu sendiri sebagai DNA dari perusahaan kita.
Untuk melakukan hal tersebut ternyata yang dilakukan mereka sangat manual dan manusiawi, jauh dari teknologi canggih yang serba pintar dan otomatis. Mereka benar-benar memperlakukan member komunitas Wazer sebagai sahabat, mereka mempercayai para member komunitas dengan cara yang unik untuk ikut terlibat dalam pengembangan Waze.
Para founder terlibat langsung dalam komunitas, menanganggapi feedback secara langsung, bertemu secara langsung, dan hangout bersama para member komunitasnya. Aktivitas manusiawi ini yang membuat komunitas Waze begitu hidup yang menjadi nyawa bagi Waze untuk terus tumbuh.
Bahkan komunitas ini tidak hanya berkontribusi menjadikan waze semakin hidup, tapi juga berkontribusi dalam ekspansi dan pengembangannya. Para member komunitas ini ada yang menjadi group elit yang menjadi tester tiap kali Waze meluncurkan pembaruan aplikasinya, hingga ada juga group komunitas yang membantu melakukan translasi dan lokalisasi ke 58 bahasa di beragam penjuru dunia.
Menurut Noam, untuk bisa mencapai taraf sejauh itu tidak ada jalan pintas, sejak pertama keberadaan komunitas itu sendiri harus menjadi bagian penting dan DNA perusahaan kita. Dan setiap produk seharusnya punya komunitas masing-masing di dalamnya, mereka adalah komunitas para customer dan user yang memakai produk kita.
Para founder terlibat langsung dalam komunitas, menanganggapi feedback secara langsung, bertemu secara langsung, dan hangout bersama para member komunitasnya. Aktivitas manusiawi ini yang membuat komunitas Waze begitu hidup yang menjadi nyawa bagi Waze untuk terus tumbuh.
Karunia dalam SItuasi Terjepit
Salah satu situasi yang paling membuat galau bagi eksekutif Waze adalah saat tahun 2009 Google meluncurkan produk anyarnya, google maps. Banyak orang memprediksi pertumbuhan Waze akan segera berakhir seiring dengan semakin besarnya penetrasi dari Google Maps. Terlebih pada saat itu Waze sedang melakukan gerilya untuk mensukseskan fundraising mereka.
Proses fundraising yang selama ini berjalan cukup lancar tiba-tiba menjadi hal yang sangat berat karena banyak sekali orang yang mempertanyakan nasib Waze pasca Google Maps keluar. Tapi ternyata situasi seperti ini justru menyimpan karunia tersendiri. Waze akhirnya mengubah rencana dengan merangkul mereka yang selama ini menjadi kompetitor head to head-nya Google sebagai prospective investor.
Dan bisa diduga, saat kita berada di posisi yang bersebrangan dengan Google, tiba-tiba semua yang tadinya berada di posisi bersebrangan itu juga akan menjadi teman. Perusahaan besar seperti Apple dan Microsoft tiba-tiba seperti menjadi teman. Dan akhirnya perjalanan fundraising mereka berakhir sukses dengan Microsoft menjadi lead investor di seri investasi tersebut.
Memang benar janji yang dikatakan Allah dalam Al Insyiraah ayat 5, bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Dalam setiap ujian dan cobaan Allah selalu ada karunia Allah yang mampu kita syukuri.
Tantangan Terbesar Bertumbuh: Menentukan fokus matriks pertumbuhan
Ketika ditanya apa tantangan terbesar dalam memimpin perusahaan yang sedang bertumbuh pesan seperti Waze saat itu, Noam Bardin menjawab sesuatu yang jarang saya dengar sebelumnya. Beliau menjawab tantangan terbesar baginya saat itu adalah memilih matriks pengukuran kinerja perusahaan yang tepat pada stage perusahaannya.
Pada waktu fase awal pertumbuhan, matriks pengukuran kinerja perusahaan yang dipilih oleh Waze untuk terus dipantau dan difokuskan adalah pertumbuhan user, berarti berapa banyak user baru yang bertambah di Waze akan menjadi indikator pertumbuhan perusahaan. Tapi ternyata ketika telah bertumbuh, matriks tersebut tidak tepat, user yang register naik jauh terus, tapi user yang aktif tetap flat pergerakannya.
Akhirnya mereka merubah fokus perusahaannya, menjadi monthly active users (MAU). Dalam proses perubahan fokus tersebut mereka menemukan bahwa mereka tidak memahami user mereka secara menyeluruh, bahwa service yang mereka berikan masih belum baik, bahwa masih sangat banyak hal yang membuat user pergi dan tidak kembali lagi.
Setelah itu mereka terus fokus mengejar target pertumbuhan dengan parameter MAU, mereka tidak merekrut karyawan lagi, setiap anggota tim mereka fokus kepada matriks pengukuran tersebut setiap harinya, bagaimana agar MAU mereka terus berambah dari bulan ke bulan. Dan akhirnya Waze bisa terus melesat setelah menyadari kesalahan yang mereka lakukan sebelum semuanya terlalu terlambat.
Setelah itu mereka terus fokus mengejar target pertumbuhan dengan parameter MAU, mereka tidak merekrut karyawan lagi, setiap anggota tim mereka fokus kepada matriks pengukuran tersebut setiap harinya, bagaimana agar MAU mereka terus berambah dari bulan ke bulan
Kadang memang perjalanan kita menahkodai sebuah perusahaan bisa mengaramkan perusahaan kita hanya karena tidakmampunya kita mengatur fokus seluruh armada kapal pada sebuah titik tujuan. Bagaimana agar kita semua tahu secara jelas dan transparan kemana kita akan menuju, dan juga agar kita semua tahu sudah sampai dimana posisi kita saat ini.
Kelihatannya kecil dan mudah, tidak sebesar atau sekompleks perkara seperti fundraising, development fitur baru, atau partnership dengan partner raksasa, tapi titik itulah kebanyakan dari kita tidak menyadari dan akhirnya terpeleset karenanya.
Itulah beberapa take away yang saya tangkap dalam sesi sharing singkat dengan Noam Bardin. Sejak Waze diakusisi Google 4 tahun silam di saat ini bergabung bersama Google dan masih mengepalai tim yang memang terus mengembangkan Waze menjadi solusi mengatasi kemacetan berbasiskan komunitas.