Site icon Catatan Andreas Senjaya

Agar Startup Tidak Gagal karena Kehabisan Uang

Salah satu tantangan paling sulit dalam menjalankan sebuah startup adalah berhadapan dengan kondisi finansial yang tidak seleluasa di perusahaan-perusahaan besar. Sudah tidak leluasa, prediksi finansialpun kadang sulit dilakukan dengan akurat karena bisnis model sebuah startup masih dalam tahap validasi. Sehingga bukan menjadi hal yang aneh ketika sebuah startup tutup karena kehabisan uang. Kehabisan uang merupakan penyebab kegagalan startup kedua paling banyak menurut CBInsight. Memang bukan merupakan penyebab nomer 1, tapi sudah cukup untuk menjadi momok bagi para founder startup.

grafik survei CBInsight tentang penyebab kegagalan Startup

Kehabisan uang bukan hanya tentang tidak adanya uang di rekening kita saja, karena startup yang sudah mendapatkan pendanaan sekalipun tetap punya peluang besar untuk kehabisan uang dan gagal. Setidaknya dalam 3 tahun terakhir, ada 7 ribu startup di US yang mendapatkan pendanaan, baik dari angel investor maunpun dari venture capitalist, tapi hanya 10% dari jumlah tersebut yang bisa tetap bertahan dan melanjutkan perjalanan. Jadi,  ini juga tentang bagaimana kita mengatur manajemen keuangan di dalam startup kita.

 

Salah satu mentor yang sudah punya banyak sekali pengalaman di dunia entrepreneurship di program akselerasi yang sedang saya ikuti, Mike Sigal, memberikan 5 tips penting bagi para founder startup untuk mengelola keuangannya dengan baik sehingga tidak kehabisan uang dalam perjalanan.

  1. Know your milestone
  2. Track your performance
  3. Monitor your zero cash date
  4. Control your burn rate
  5. Raise enough money

Know your milestone

Saat kitamenawarkan startup kita untuk diinvestasi, baik oleh angel investor maupun kepada venture capitalist, ada banyak sekali resiko yang harus dibagi dengan investor kita, beberapa resiko yang harus kita jadikan sebagai target milestone untuk ditangani antara lain:

Dan ternyata, semakin tahun semakin tinggi tuntutan bagi seorang founder untuk milestone sebuah startup, misalnya, tahun 2004 dulu orang bisa dapat pendanaan pre stage hanya dengan proposal bisnis dan  pendanaan seed stage dengan prototype produk, namun tahun 2015 seorang founder harus punya minimal MVP (minimum viable product) untuk bisa dapat pre stage funding dan harus sudah punya traction untuk dapat seed stage funding.

Kenali apa milestone untuk startup kita yang ingin kita capai dalam kurun waktu tertentu, lalu capailah hal tersebut selagi kita masih memiliki cukup uang untuk membiayai startup kita.

 

Track your performance

Setelah kita menetapkan apa milestone yang ingin kita tuju, tentukan  satu orang yang accountable di dalam hal itu, ia yang bertanggung jawab untuk memantau matriks perusahaan kita.

Memiliki orang dengan peran seperti itu akan membuat kita lebih termonitor dan tidak menjalani bisnis mengalir saja tanpa acuan dan ukuran kualitas yang jelas.

Jika kita belum punya satu orang yang memantau keuangan dan matriks milestone perusahaan kita, ada beberapa startup yang menyediakan layanan ini, misalnya expensify, freshbooks, quickbooks,atau xero. Kita juga bisa menggunakan spreadsheet gratis dari google, sepertinya itu sudah cukup untuk kita memantau semua hal tersebut sepanjang perjalanan.

 

Monitor your zero cash date

Zero cash date adalah waktu dimana dimana kita kehabisan uang (run out of cash) dengan kondisi burn rate kita saat ini. Untuk yang belum tahu, Burn rate itu sendiri adalah selisih dari pengeluaran operasional kita sehari-hari dengan pendapatan kita. Ketika kita masih “membakar” uang untuk menghidupi startup kita, maka kita masih punya angka burn rate. Startup yang sudah profitable (pendapatan melebihi pengeluaran) otomatis sudah tidak punya burn rate.

Jika kita masih punya burn rate maka selalu akan ada waktu dimana kita kehabisan uang karena uang yang kita miliki terus tergerus oleh pengeluaran kita sehari-hari.

Burn rate terbesar biasanya disebabkan oleh biaya mengakusisi customer/marketing (CAC), maka kita harus selalu bisa seksama untuk menghitung CAC, jangan sampai CAC ini melebih nilai yang dibawa oleh 1 orang customer (CLTV), perbandingan yang baik adalah CAC:CLTV = 1:5

Mengetahui prediksi titik dimana kita akan kehabisan uang akan membuat kita selalu aware tentang sejauh apa startup kita punya nafas untuk bertumbuh sebelum modal kita habis (runaway). Best practise nya minimal milikilah 18 hingga 20 bulan runaway supaya kita memiliki waktu cukup untuk memvalidasi bisnis model startup kita sebelum kehabisan modal.

 

Control your burn

Hal ini adalah tentang mengendalikan pengeluaran kita. Ini akan berpengaruh kepada seberapa lama runaway startup kita. Jika runaway startup kita semakin lama maka akan semakin tinggi leverage kita di hadapan calon partner, karyawan, ataupun investor, karena kita masih punya nafas yang panjang dalam menjalani bisnis kita.

Beberapa cara untuk mengontrol burn rate kita :

runaway and company leverage

 

Raise Money

Namun perlu diingat, jika tujuan kita mencari investasi adalah untuk membuat startup kita terus bertahan hidup dan bukan untuk mengakselerasi growthnya, maka leverage kita akan semakin kecil. Dan banyak founder yang terlalu menganggap enteng aktivitas fundraising dengan asumsi  bahwa semua masalah kehabisan uang selalu bisa diatasi dengan fundraising, padahal kondisi seperti ini adalah hal yang sangat jelek untuk dijadikan strategi. Tulisan Paul Graham tentang fatal pitch yang menceritakan soal ini sangat relevan dalam konteks ini.

Semoga tips-tips di atas dapat membantu kita menjadi seorang founder startup yang lebih baik, minimal mengurangi kans kita gagal karena kehabisan uang di tengah perjalanan.

Exit mobile version