Menjadi Manajer dengan Output Tinggi

Dulu ketika ada yang bertanya bagaimanakah tipe manajemen saya dalam mengatur organisasi, saya selalu jawab dengan kalimat: Tipe manajerial saya adalah dengan keteladanan. Saya cukup puas dengan jawaban itu, namun nyatanya dalam kondisi riil tidak cukup hanya dengan keteladanan untuk membuat performa tim kita optimal.

Saya menemukan jawaban yang memuaskan ketika membaca buku Andrew Grove berjudul High Output Management pekan lalu. Salah satu statement yang Om Grove ulang beberapa kali dalam bukunya adalah : tanggung jawab utama dari seorang manajer itu adalah membawa performa subordinatnya ke level yang paling optimal.

High Output Management: Grove, Andrew S.: 8601404570025: Amazon.com: Books
Buku High Output Management, karya Andrew S Grove

Dengan tanggung jawab itu seorang manajer harus memiliki strategi yang berorientiasi peningkatan performa timnya dari waktu ke waktu. Dalam mencapainya tiap manajer punya gaya dan cara yang berbeda-beda. Hal ini lumrah karena setiap orang maupun organisasi punya karakter, tantangan, dan kompleksitas berbeda-beda pula. Namun apapun caranya punya kesamaan: seorang manajer harus mampu mengatur agar pekerjaan yang mereka tangani bukan hanya baik hasilnya, tapi juga tinggi pengaruhnya terhadap performa organisasi.

Hal itulah yang saya banyak refleksikan setelah membaca buku ini. Yang lebih penting bagi seorang manajer bukan tentang seberapa cepat dia mengerjakan tugasnya, tapi aktivitas apa yang ia pilih untuk kerjakan. Mengubah bagaimana kita bekerja menjadi what we do, bukan how fast we do it.

Seorang manajer harus sangat perhatian tentang pilihan aktivitasnya. Mana yang memberikan pengaruh pada tim secara signifikan dan mana yang tidak. Kita bisa terlihat sibuk sehari-harinya, tapi nyatanya kerjaan kita tidak buat output tim kita signifikan lebih baik.

Tentang memilih aktivitas yang berpengaruh tinggi pada subordinat kita bukanlah perkara sederhana. Ternyata banyak hal yang saya pribadi sehari-hari tidak nyaman bahkan malas mengerjakannya adalah aktivitas dengan pengaruh tinggi untuk subordinat kita.

Misalnya aktivitas seperti performance review berkala, one on one meeting personal rutin, hingga melatih/mengajarkan langsung subordinat kita ternyata adalah contoh dari aktivitas dengan pengaruh tinggi pada performa mereka.

Meluangkan 90 menit waktu untuk One on one meeting berkala dengan subordinat kita ternyata dapat meningkatkan performa mereka hingga 2 pekan. Itu setara perbaikan produktivitas 80 jam kerja dengan aktivitas 1,5 jam. Bahkan one on one ini perlu lebih sering lagi intensitasnya (misal setiap pekan) untuk anggota tim kita yang belum berpengalaman.

Melakukan performance review berkala ternyata juga adalah aktivitas dengan pengaruh tinggi untuk seorang manager. Kita tau aktivitas ini banyak dihindari. Pertama karena sulit + kompleks melakukannya, kedua biasanya kita ga terlalu baik melakukannya, terkahir karena aktivitas menyampaikan review itu langsung ke subordinat kita sendiri kadang bikin tidak nyaman.

Padahal performance review berkala adalah medium paling penting dalam menyampaikan feedback langsung soal pekerjaan. Jika dilakukan dengan baik, ia bisa meningkatkan performa dan motivasi subordinat kita.

Saya sendiri sering berdalih memilih melakukan hal lain ketimbang dua hal di atas misalnya. Alasan utamanya biasanya ga nyaman. Tapi ketika menyadari aktivitas-aktivitas itu punya pengaruh besar buat tim, maka kita harus mengalahkan ketidaknyamanan itu dan menjadikannya sistem yang bikin kita terus melaksanakannya.

Ada juga contoh aktivitas lainnya yang biasanya kita hindari tapi ternyata punya pengaruh besar buat diri kita sendiri. Membuat laporan misalnya. Entah laporan performa tahunan, kuartalan, bulanan, termasuk laporan monitoring performa subordinat kita. Biasanya kita malas berkutat dengan data, grafik, analisis, belum buat presentasinya.

Padahal aktivitas bikin laporan ini bermanfaat betul buat melatih kedisiplinan diri dan kemampuan mengorganisir informasi. Proses membuat laporan adalah aktivitas memformulasi data dan informasi yang membuat pembuat laporan menjadi lebih precise dibandingkan ketika ia melakukannya secara verbal. Ekstrimnya Om Grove bahkan menyampaikan: Writing the report is important; reading it often not.

Pada bagian memilih aktivitas dengan pengaruh tinggi untuk tim saja sudah bikin kita punya banyak PR, belum hal-hal lainnya yang jadi kerjaan seorang manajer. Di buku ini Om Grove juga bahas soal struktur organisasi, tipe kontrol/monitoring tim, skema kompensasi, hingga interview calon karyawan. Kesemuanya tujuan utamanya tetap satu : membantu manajer menjalankan tanggung jawab utamanya untuk meningkatkan performa timnya.

Yang perlu kita ingat terus, output dari seorang manajer adalah output dari tim yang dipimpinnya. Bukan sekedar performa pribadinya. Bisa jadi sebagai single contributor ia bagus. Ngoding cepet, design memesona, presentasi keren, networking luas. Tapi ketika peran manajer melekat pada dirinya maka parameter output baginya adalah output tim yang dipimpinnya, bukan hanya output hasil kerja individu dirinya.

Buku Om Grove ini bagus banget untuk temen-temen yang punya keingingan menjadi manajer di organisasinya. Buat temen-temen yang punya rekomendasi buku lainnya soal manajerial dalam organisasi atau pekerjaan bisa juga share infonya di kolom komentar ya 🙂

1 thought on “Menjadi Manajer dengan Output Tinggi”

Leave a Reply